Harga jual ayam hidup sering jatuh dibawah ongkos produksi. Peternak berharap segera ada langkah.
Data Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat atau Pinsar Indonesia menyebutkan, harga rata-rata bulanan ayam hidup dibawah ongkos produksi terjadi di 21 bulan dari total 38 bulan sejak Januari 2016. Artinya, harga jual diatas harga pokok produksi hanya terjadi di 17 bulan sisanya.
Enam bulan terakhir, harga rata-rata ayam hidup turun dari Rp 19.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 17.373 per kg. Ketidakseimbangan pasokan dan permintaan dinilai menjadi pekerjaan rumah yang belum tuntas.
Terkait hal itu, para peternak unggas rakyat yang tergabung dalam Pinsar Indonesia, Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), dan Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN) berunjuk rasa di kawasan Monas Jakarta, Selasa (5/3/2019). Mereka meminta pemerintah melindungi usaha peternakan rakyat, menurunkan harga sarana prasarana produksi khususnya pakan dan bibit, serta mengendalikan pasokan bibit dan produksi ayam hidup.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional mencatat, pada awal Oktober 2018, harga daging ayam Rp 33.600 per kg, sementara awal Maret 2019 Rp 32.100 per kg. Padahal, harga acuan sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018 ditetapkan Rp34.000 per kg di tingkat konsumen dan Rp 18.000-Rp 20.000 di tingkat peternak.
Sekretaris Jenderal GOPAN Sugeng Wahyudi menyebutkan, saat ini harga jual ayam di tingkat peternak rata-rata Rp 15.000 per kg. Di sejumlah daerah, seperti Indramayu, harganya Rp 14.000 per kg. Padahal, ongkos produksinya sekitar Rp 19.300 per kg.
Sekitar 70 persen pembentuk harga daging ayam ditingkat peternak berasal dari komponen pakan. Namun, harga pakan terua naik. Sepanjang tahun 2018, harga pakan naik 6 kali dengan total kenaikan Rp 850 per kg.
Secara terpisah, penasihat Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman berpendapat, harga pakan ternak sudah turun dari Rp 7.600 per kg pada akhr 2018 menjadi Rp 7.100- Rp 7.200 per kg. Penurunan itu terutama dipengaruhi turunnya harga jagung dari Rp 6.500 per kg menjadi Rp 4.800 per kg.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, pihaknya akan memanggil pengusaha pakan dan peternakan skala besar pekan ini untuk mencari solusi. "Saat ini, (petani) jagung sedang panen, artinya harga jagung turun sehingga harga pakan juga harus turun," ujarnya.
Selain soal harga pakan, Kementerian Pertanian juga akan membahas pasokan bibit untuk mengendalikan produksi ayam. (JUD)
Data Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat atau Pinsar Indonesia menyebutkan, harga rata-rata bulanan ayam hidup dibawah ongkos produksi terjadi di 21 bulan dari total 38 bulan sejak Januari 2016. Artinya, harga jual diatas harga pokok produksi hanya terjadi di 17 bulan sisanya.
Enam bulan terakhir, harga rata-rata ayam hidup turun dari Rp 19.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 17.373 per kg. Ketidakseimbangan pasokan dan permintaan dinilai menjadi pekerjaan rumah yang belum tuntas.
Terkait hal itu, para peternak unggas rakyat yang tergabung dalam Pinsar Indonesia, Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), dan Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN) berunjuk rasa di kawasan Monas Jakarta, Selasa (5/3/2019). Mereka meminta pemerintah melindungi usaha peternakan rakyat, menurunkan harga sarana prasarana produksi khususnya pakan dan bibit, serta mengendalikan pasokan bibit dan produksi ayam hidup.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional mencatat, pada awal Oktober 2018, harga daging ayam Rp 33.600 per kg, sementara awal Maret 2019 Rp 32.100 per kg. Padahal, harga acuan sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018 ditetapkan Rp34.000 per kg di tingkat konsumen dan Rp 18.000-Rp 20.000 di tingkat peternak.
Sekretaris Jenderal GOPAN Sugeng Wahyudi menyebutkan, saat ini harga jual ayam di tingkat peternak rata-rata Rp 15.000 per kg. Di sejumlah daerah, seperti Indramayu, harganya Rp 14.000 per kg. Padahal, ongkos produksinya sekitar Rp 19.300 per kg.
Sekitar 70 persen pembentuk harga daging ayam ditingkat peternak berasal dari komponen pakan. Namun, harga pakan terua naik. Sepanjang tahun 2018, harga pakan naik 6 kali dengan total kenaikan Rp 850 per kg.
Secara terpisah, penasihat Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman berpendapat, harga pakan ternak sudah turun dari Rp 7.600 per kg pada akhr 2018 menjadi Rp 7.100- Rp 7.200 per kg. Penurunan itu terutama dipengaruhi turunnya harga jagung dari Rp 6.500 per kg menjadi Rp 4.800 per kg.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, pihaknya akan memanggil pengusaha pakan dan peternakan skala besar pekan ini untuk mencari solusi. "Saat ini, (petani) jagung sedang panen, artinya harga jagung turun sehingga harga pakan juga harus turun," ujarnya.
Selain soal harga pakan, Kementerian Pertanian juga akan membahas pasokan bibit untuk mengendalikan produksi ayam. (JUD)